Rabu 9 Mei 2012, Indonesia berduka. Pesawat Sukhoi Superjet 100 yang dibeli Indonesia dari Rusia jatuh di lereng Gunung Salak, Bogor. Terdapat 45 orang yang ikut serta dalam joy flight. Dan sampai saya membuat tulisan ini, sudah terdapat 12 kantong jenazah yang sudah dibawa ke Rumah sakit POLRI Kramat Jati untuk diidentifikasi. Sampai dengan hari ini, banyak spekulasi penyebab jatuhnya Pesawat Sukhoi Super Jet 100. Sempat tertarik untuk mengomentari semua spekulasi ini, tapi saya menyadari bahwa saya tidak memiliki kapabilitas untuk berkomentar tentang sesuatu yang tidak saya kuasai dan memang belum ada pengumuman resmi mengenai penyebab jatuhnya pesawat ini.
Saya sempat minitikkan air mata ketika melihat berita mengenai tragedi ini. Terlebih menyaksikan dan mendengar derai tangis dari para keluarga korban yang ditinggalkan. Saya selalu berpikir “bagaimana kalau itu terjadi pada saya?”. Entah orang yang saya cintai pergi, atau saya yang pergi meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
"Kepergian yang mendadak adalah hal yang paling menyedihkan"
Rasa sedih itu semakin menjadi saat saya menyadari bahwa salah satu teman SD saya yang bernama Dewi Mutiara Intan Permata Sari ternyata menjadi salah korban jatuhnya Pesawat Sukhoi Superjet 100. Kami, teman-teman SD nya memanggilnya Intan. Dan dia cantikkkkkk sekali. Cocok sekali menjadi pramugari.
Intan pindah ke sekolah kami , SDN 02 Lebak Bulus, saat saya duduk di kelas 4. Bahkan mamanya Intan adalah wali kelas saya. Saya dan Intan sendiri sempat sekelas di kelas 5. Banyak kenangan. Sejujurnya dulu saya sempat iri dengan Intan. Gimana gak. Sudah cantik, baik, pinter, jago main karet, dan banyak orang naksir sama dia. Hahaha.
Setelah saya pindah sekolah, kami kehilangan kontak. Sampai sekitar tahun 2008 atau 2009 kami bertemu kembali saat reuni SD digelar. Dan dari situ saya tahu bahwa Intan berprofesi sebagai seorang pramugari. Memang sudah sepantasnya dia jadi pramugari, pikirku. Setelah itu kami tidak berhubungan lagi sampai berita tragis itu disiarkan di televisi.
Sedih.
Saya teringat kejadian yang menimpa teman saya yang lain, Wilson, saat helicopter yang ditumpanginya jatuh tahun lalu. Kepergian yang juga mendadak. Christina, teman SMA saya, yang ternyata adalah kekasih dari Wilson, bercerita tentang Wilson di twitter. Darinya saya tahu, bahwa Wilson berharap dia tidak meninggal karena suatu penyakit. Dan ya, Tuhan Maha Baik. Tuhan mengabulkan permintaan Wilson. Dia pergi meninggalkan dunia ini sesuai dengan cara yang dia inginkan.
Kematian adalah rahasia Ilahi. Kematian itu pasti. Hanya saja, seringkali kita tidak siap untuk menerima takdir yang memang sudah digariskan pasti terjadi.
Tapi, siapa yang siap?
Entah bagaimana dan kapan, kepergian orang-orang yang kita sayang adalah sesuatu yang tidak pernah kita inginkan, bukan? Terlebih untuk selama-lamanya.
Saya berdoa.
Kami berdoa.
Semua berdoa untuk para korban Pesawat Sukhoi Superjet 100 agar diberi ketenangan di sisi Sang Pencipta. Berdoa untuk para keluarga yang ditinggalkan agar selalu diberi kekuatan, ketegaran, ketabahan, dan keikhlasan.
2 comments:
gw turut berduka ya ce, salah satu tmn lo yang jadi korban..semoga diterima disisi Allah dan yang ditinggalkan diberi kesabaran. Amin
gw turut berduka ya ce, salah satu tmn lo yang jadi korban..semoga diterima disisi Allah dan yang ditinggalkan diberi kesabaran. Amin
Post a Comment